LAMPUNG UTARA – Wahyudin selaku Koordinator Wilayah (Korwil) Pendidikan Kecamatan Bukit Kemuning menegaskan bahwa dirinya tidak mengetahui secara rinci serta tidak dilibatkan sama sekali dalam proses pelaksanaan proyek revitalisasi yang berlangsung di wilayah tersebut.
Menurut Wahyudi, seluruh urusan revitalisasi di Kecamatan Bukit Kemuning berjalan tanpa koordinasi maupun pelibatan pihak Korwil. Ia menyebut, pihaknya baru mengetahui adanya proyek tersebut setelah pekerjaan fisik sudah berjalan di lapangan.
“Urusan revitalisasi di Bukit Kemuning itu tidak melibatkan Korwil sama sekali,” ujar Wahyudi saat dikonfirmasi, Senin (08/12/2025).
Terkait fungsi pengawasan, Wahyudi mengaku tidak memahami secara detail mekanisme pelaksanaannya. Pasalnya, sejak awal pihaknya tidak mendapatkan informasi maupun pemberitahuan resmi mengenai perencanaan hingga pelaksanaan proyek tersebut.
“Untuk pengawasan saya tidak begitu memahami, karena tahunya pekerjaan itu sudah berjalan. Sebelumnya kami tidak tahu apa-apa,” jelasnya.
Sebelumnya, Pelaksanaan pembangunan gedung di sejumlah Sekolah Dasar (SD) Negeri di Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung Utara kembali menjadi sorotan. Dua sekolah yang disorot yakni SDN Tanjung Waras dan SDN 3 Bukit Kemuning, yang sama–sama menerima program revitalisasi dari Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikdasmen.
Di SDN 3 Bukit Kemuning, hasil pantauan di lapangan menunjukkan tidak adanya papan nama (plang) proyek. Selain itu, ketua pelaksana kegiatan diduga merupakan suami dari kepala sekolah setempat.
Diduga proyek revitalisasi tersebut diborongkan. Menurut Kepala tukang dirinya mengatakan seluruh material pekerjaan dari CV. Karya Jitu yang berlokasi di Desa Sukamenanti dirinya pun memang pekerja dari CV tersebut.
“Kalau kami hanya pekerja, Bang. Hitungannya Rp30.000 per meter persegi. Semua dari bos, mulai dari bahan sampai lainnya,” ujar Aceng, kepala tukang, Kamis (27/11/2025).
Salah seorang guru yang ditemui di sekolah membenarkan bahwa ketua panitia pembangunan adalah suami kepala sekolah.
“Ya, suaminya, Bapak Abadi. Beliau ketua panitia (P2SP),” ujarnya.
Ketika ditanya soal papan informasi proyek, guru tersebut mengaku papan itu pernah dipasang, namun kini sudah tidak ada.
“Ada tadinya ditempel, pas pengecatan kusen dilepas. Sepertinya dibawa Pak Abadi,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa ketua pelaksana revitalisasi itu berasal dari Kecamatan Abung Tinggi.
Pekerjaan yang bernilai ratusan juta hingga miliaran rupiah tersebut disebut sarat penyimpangan. Komite sekolah bahkan mengaku tak dilibatkan sama sekali.
“Jangankan diajak bekerja, duduk bersama saja tidak pernah. Apalagi yang lain,” kata salah satu anggota komite.
Ia mempertanyakan mengapa peran komite tidak difungsikan sebagaimana mestinya, padahal selama ini komite selalu dilibatkan dalam berbagai program sekolah.
“Ini yang jadi tanda tanya besar. Apakah memang seperti ini mekanismenya?” ungkapnya.
Hal yang serupa di SDN Tanjung Waras, revitalisasi sekolah juga menelan anggaran nyaris Rp1 miliar dalam dua paket pekerjaan:
Rehab ruang kelas sebesar Rp819.914.004
Pembangunan ruang UKS sebesar Rp111.039.000
Kepala Sekolah SDN Tanjung Waras, Sri Haryanti, mengatakan sekolahnya mendapat bantuan pembangunan satu unit gedung UKS dan rehab berat tujuh ruang kelas. Pekerjaan dimulai sejak awal Oktober.
“Kita dapat satu gedung UKS, dan untuk kelas di RAB itu tujuh ruang. Tapi yang kami kerjakan jadi tujuh plus dua, karena ada satu ruang kecil dan gudang di ujung bangunan. Itu tidak termasuk dalam RAB tetapi masih satu atap,” jelasnya.
Ia berdalih bahwa seluruh ruangan yang berada dalam satu atap perlu diperbaiki sekalian agar tidak ada bagian bangunan yang tertinggal.
“Masak mau disisakan? Karena dia satu atap, jadi sekalian dikerjakan. Mudah-mudahan anggarannya cukup,” ujarnya.
Ia juga mengakui bahwa sebagian pekerja merupakan warga sekitar, sementara sisanya adalah pekerja yang sudah biasa bekerja dengan suaminya yang berasal dari Desa Sidodadi.
“Karena tukang di sini tidak ada yang bisa baca gambar. Kebetulan tetangga bisa dan sudah biasa kerja sama bapak (suami), jadi sudah paham ritmenya. Terus terang saya perempuan, jadi tidak begitu paham,” ungkapnya.
Sri Haryanti mengatakan suaminya juga yang turut mengawasi pekerjaan tukang di revitalisasi sekolah tersebut.
“Terus terang saya perempuan, jadi tidak begitu paham. Biar enak saja ngawasinnya. Kan bapak tidak banyak pekerjaan,” ujar Sri Haryanti. (Kandar)










Komentar